BAHAGIA ITU TIDAK SEDERHANA, BAHAGIA ITU LUAR BIASA
Siti Aisyah
“Dan carilah pada apa yang telah di anugerahkan Allah kepada mu (kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan bahagia mu dari (kenikmatan) duniawi”. (QS: al-Qashas: (28);77)
“Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu, dengan hati yang ridho dan di ridhoiNYA. Maka masuklah ke dalam golongan hamba- hambaKU dan masuklah ke dalam surgaKU”.(al-Fajr: (89) ;27-30).
Bahagia itu kalimat yang indah, berkonotasi dan bernilai positif, serta menjadi cita dan idaman banyak orang.
Kalau kita makan enak terus kita kenyang, kita bahagia. Kita memimpikan membeli sesuatu, terus bisa terbeli, kita bahagia. Kita merindukan keluarga, teman-teman, terus kemudian terobati kangen kita, kita bahagia.
Ya, begitulah. Namun, Apakah yang bernama bahagia itu ukurannya hanya yang bersifat material itu semata?.Makan kemudian kenyang, kangen kemudian bertemu. Apakah dibatas itu? O, tentu tidak kan?.
Ukuran mutlak dan puncak bahagia itu adalah manakala kita berusaha menjadi hamba Allah yang shaleh. Tentu, jangan pernah meremehkan narasi menjadi hamba yang shaleh, karena narasi dan perilaku tersebut adalah puncak obsesi dan cita-cita terbesar seorang muslim.
Oya, bahwa bahagia itu tidaklah sederhana, tetapi bahagia teramat luar biasa, karena tatkala menapaki tangga dan menggapai bahagia, kita melewati sebuah proses perjalanan jiwa raga yang merupakan petunjuk besar dari Allah SWT dan tidak semua dari kita mendapatkan anugerah itu.
Ada banyak liku dari perjalanan itu. Ya,
pertarungan cinta dunia dan orientasi akherat saling tarik menarik didalam diri kita masing-masing.
Maka itu, doa menjadi senjata yang sangat dahsyat agar kita termasuk dari golongan orang yang shaleh, dan mampu mengikuti petunjuk Allah, serta dimampukan oleh Allah menepis tali buhul dunia.
Kapan akherat menjadi tujuan, dan dunia hanya fasilitas untuk menggapainya?. Jawabannya adalah diketika seluruh aktivitas kehidupan kita, termasuk diantaranya makan-minum, bersilaturrahmi, bekerja, dan lain sebagainya itu, berpayungkan sebuah payung besar yaitu nilai tauhid, ibadah dan ‘bermake up’ akhlak mulia.
Sepanjang tiada berhenti berdo’a dan sepanjang tiada berhenti usaha-usaha (ikhtiar) untuk mentauhidkan jiwa raga, beribadah yang baik dan banyak, serta berakhlak mulia, maka di situlah letak dan wadah yang bernama bahagia itu.
Ini dunia bro.. ,maka apapun itu termasuk yang namanya bahagia, hanya berada dalam proses saja alias tidak akan pernah bertemu kata ‘selesai’.
Selesai dari semua cita dan obsesi manusia serta puncak bahagia yang sejati adalah manakala semua manusia dengan bermodal tauhidnya, ibadahnya, dan akhlak mulianya itu tadi, ketika berpulang kehadiratNYA nanti, disapa Tuhan dengan jiwa yang tenang. Jiwa yang tenang adalah milik orang-orang yang bahagia. Ya, bahagia yang sesungguhnya.
So, BAHAGIA TIDAK SEDERHANA,TETAPI BAHAGIA ITU LUAR BIASA, bukan?.. 🙏🙏🙏