Sebagai mana hari-hari dalam satu minggu yang selalu berulang, bulan-bulan dalam satu tahun yang selalu berulang, maka hari-hari besar kebangsaan/kenegaraan, dan hari-hari besar keagamaan juga selalu berulang dalam setiap tahunnya.
Bulan Muharram yang ditandai sebagai tahun baru Islam, sebagaimana bulan-bulan lainnya dalam setiap tahunnya, juga berulang. Cetak biru (blue print) atau point besar Muharram adalah beriman, berhijrah, dan berjihad, sebagaimana terdapat dalam al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 218 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, berhijrah dan berjihad dijalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan Rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Point besar, yaitu beriman, berhijrah dan berjihad, adalah merupakan peringatan yang selalu berulang kepada pribadi masing-masing kita, bahwa hidup yang sementara ini hakekatnya tengah dan sedang memperjuangkan tiga hal tersebut, yaitu memperjuangkan keimanan dengan selalu dan senantiasa berhijrah kearah yang lebih baik dalam hal beribadah dan berakhlakul karimah, serta kemudian menyertakan jihad dalam perjuangannya.
Bahwa oleh karenanya, diantara ciri orang-orang yang beriman adalah, seseorang yang selalu mengadakan perenungan dan introspeksi terus- menerus terhadap perjalanan penghambaan dirinya dihadapan Tuhannya, serta kemudian berhijrah disetiap detik waktunya, kearah yang lebih baik.
Sementara itu, perenungan dan introspeksi, serta kemudian melakukan hijrah yang ‘besar’ bagi orang yang beriman dalam rangka menuju keridhaan Allah SWT, adalah ketika menjumpai momentum Muharram disetiap tahunnya. Muharram menjadi identik dengan ‘hari besar’ bagi perenungan, introspeksi dan kemudian berhijrah.
Agar supaya tetap dalam keadaan beriman, dan tetap dalam keadaan berhijrah ditiap detik waktunya, maka jihad menjadi ‘perbincangan’ yang paling utama dan serius, terkait diskursus iman dan hijrah ini.
Bahwa keimanan yang terus dalam keadaan kokoh, dan tetap langgengnya berhijrah, sangat memerlukan jihad yang luar biasa heroik di tengah gempuran zaman dari arah kiri, arah kanan, arah muka, arah belakang kita yang siap ‘mengundurkan’ dan mengendorkan anak manusia dari ‘posisi’ bangunan iman dan hijrah yang sudah kokoh terkonstruk dan terbangun.
Demikianlah, bahwa kehadiran Muharram adalah bagai air telaga yang jernih, yang selalu segar dan menyegarkan, sebagaimana ‘jargon’ positif Muharram yang identik dengan penyegaran akan arti penting untuk selalu muhashabah (introspeksi), dan akan makna penting untuk terus berhijrah, dalam ‘perjalanan’ menuju kesejatian kehidupan sesudah kematian. Wallahu a’lam. SELAMAT TAHUN BARU 1441 H..