“.. Dan kehidupan dunia ini tidak lain adalah suatu tipuan”. QS: Ali Imran;185)
“Dan janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pandangan, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban”. (QS:al-Israa;36)
Berjuta orang penduduk dunia hari ini memiliki, memegang dan mengoperasikan benda ajaib yang bernama gawai, gadget, atau HP.
Di dalamnya ada terdapat banyak sekali aplikasi yang memungkinkan atau memudahkan kita untuk berhubungan dengan siapapun atau berhubungan dengan dunia di luar diri kita.
Kala berhubungan dengan orang lain atau dunia luar tersebut, kita bisa memilih berbagai aplikasi atau berbagai cara yang bisa di lakukan sesuai dengan petunjuk yang tersaji di gawai atau HP atau gadget kita, baik hanya sekedar mengintip, me-like, mengomen, menulis status, mengirim video, menshare qoute, menampilkan emoji dan stiker serta berbagai simbol lainnya.
Bisa jadi bahwa stiker, emoji, komen, status, video, qoute yang kita share tak dibantah mewakili atau merefresentasikan hati, pikiran, dan perasaan kita yang terbungkus dengan apa yang sebut dengan karakter atau kepribadian kita.
Diantara banyak komen, status, stiker, emoji, qoute, video tersebut ada yang bernilai atau bermakna positif, seperti mengandung doa, cinta, dukungan, penghormatan, penghargaan, dan simpati. Hal tersebut saya pikir sesuatu yang baik dan positif, tentu saja.
Akan tetapi terdapat atau tersaji pula stiker, emoji, video, quote, status yang terlampau berlebihan atau keluar dari kewajaran untuk ditampilkan ke ruang ramai, karena tidak sesuai dengan nilai agama yang dijunjung tinggi serta tidak ‘pas’ untuk kepribadian masyarakat kita yang penuh berkeadaban ini, seperti sindiran permusuhan dan kebencian, bahkan juga sudah sebegitu jauh merambah wilayah pornografi.
Anyway, komen, status, like, emoji, stiker, video, dan qoute yang kita kirim atau kita share ke ruang publik itu adalah mencerminkan siapa kita atau ‘kita banget’.
Bahwa tentu saja, karakter kita akan ‘ketahuan’, dan betapa akan dinilai baik, kurang baik, bahkan buruk oleh orang lain karena sebab jentik kita mengirim berbagai hal tersebut, meskipun padahal dalam pikiran dan rasa kita ketika menampilkan semua itu, ‘hanya’ dengan tujuan sekedar ingin menampilkan diri, hiburan, santai, atau bahkan agar orang lain terbahak sejenak atau dua jenak.
Oleh karena maka sudah barang tentu masing-masing kita berhati-hati dalam hal terkait semua itu, karena sebab, bahwa
ribuan, ratusan, puluhan orang mengetahui sifat dan pribadi kita yang mereka ‘kenal’ lewat media sosial yang akses nya teramat luas ini.
Well, boleh saja media sosial ‘hari ini’ menyajikan berbagai stiker, video, qoute, ruang untuk komen dan sebagainya, akan tetapi tentu saja kesadaran spiritualitas kita menjadi penahan dan penyaring untuk tidak segalanya dan semestinya selalu harus diexplore kehadapan orang banyak.
Seandainya saja khauf (rasa takut kepada Allah akan kepedihan siksanya), serta sifat iffah (menahan diri sepenuhnya dari perkara yang Allah SWT haramkan), serta pula memahami bahwa dunia adalah hanya permainan belaka, dan serta kesadaran yang tinggi bahwa segala perilaku akan di pertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT itu, sudah merasuki dan membungkus figuritas dan kepribadian masing-masing diri kita, maka ketika berselancar diruang publik akan terabaikanlah perilaku atau obsesi psikologis di dalam diri yang terwakili lewat ‘ah yang penting tampil’, ‘ ah yang penting kan komen’, ‘yang penting biar orang tertawa-tawa’, ‘yang penting plong karena sudah mengeluarkan apa yang ada dalam ruang rasa, pikir, dan pemuasan berbagai keinginan lainnya.. Wallahu a’lam