“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”. (QS:adz-Zariyat; 5 6)
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.(QS: al-Qalam; 4)
“Sesungguhnya Allah beserta malaikatnya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bacalah shalawat dan salam pada Nabi SAW dengan sesungguhnya” (QS: al-Ahzab;33)
Rabi’ul Awwal memang sudah berakhir. Rabi’ul Awwal yang identik dengan peringatan maulid Nabi Besar Muhammad SAW di seluruh dunia, dan tidak ketinggalan masyarakat muslim di Indonesia yang memperingatinya di berbagai tempat ibadah, dirumah-rumah penduduk, di institusi, dan diberbagai lembaga pendidikan, baik siang maupun malam pun sudah berakhir pula, seiring dengan berakhirnya bulan mulia ini.
Namun ada yang tidak boleh berhenti dan berakhir, bahkan justru di bulan Rabi’ul Awwal inilah bermulanya atau ‘berangkatnya’, yaitu ‘peringatan’ atau ‘memperingatkan’ diri kita masing-masing untuk terus mengungkapkan rasa cinta yang besar terhadap Nabi SAW, yaitu diantaranya dengan cara berusaha terus sekuat tenaga dan sedaya upayanya, mencontoh ketinggian prestasi keimanannya kepada Allah SWT, tingginya reputasi kemuliaan akhlaknya, dan senantiasa bershalawat yang teramat banyak dalam keseharian perjalanan hidup kita, sesuai dengan batas upaya kemanusiaan kita.
Setiap Rabi’ul Awwal yang datang dan selalu berulang disetiap tahunnya, kita ditempa dan digodok untuk menyegarkan ingatan akan perihal laku ibadah dan perilaku akhlak mulia Nabi SAW tercinta, serta memggemari membaca shalawat yang merupakan perintah dari Allah SWT.
Manakala selesai Rabi’ul Awwal, maka pasca Rabi’ul Awwal selama 11 bulan hingga bertemu lagi dengan Rabi’ul Awwal ditahun depan, agenda di detik hari kita adalah dalam rangka pelaksanaan atau melaksanakan atau mengejawantahkan hasil godokan di bulan Rabi’ul Awwal yaitu perihal tempaan untuk semakin beriman, berupa semakin baik pelaksanaan shalat wajibnya, dan semakin banyak shalat sunnahnya, semakin banyak mengaji dan mengkaji al-Qur’annya, dan semakin banyak pula perbuatan kebaikan dan kebajikan lainnya. Kemudian pula, juga semakin baik akhlak budinya dalam bergaul dengan sesama manusia, serta semakin ‘berbusa’ mulud kita, dengan shalawat kepada Nabi yang sangat banyak.
Demikianlah bahwa, saya kira tugas strategis para aktivis dakwah, seperti yang sudah dilakukan, untuk terus dan semakin ‘menyaringkan’ atau mengingatkan masyarakat dakwahnya, akan materi atau content dakwah kearah essensi peringatan maulid Nabi tersebut, agar peringatan demi peringatan yang sudah berurat nadi tersebut, tidak ‘berhenti’ dalam batas seremoni, atau terjebak pada batas tradisi atau budaya belaka saja..barakallah…