BERBAGI BERSAMA KAUM DHU’AFA

“Sembahlah Allah, dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu-pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang Ibu-Bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”. (QS: an-Nisa; 36).

Salah satu ajaran atau ‘mata kuliah’ Ramadhan yang telah berlalu, dan kini kita tengah dan sedang mengejawantahkan ajaran dan nilainya tersebut disepanjang 11 bulan berjalan kedepan, adalah ajaran berbagi dan berbagi (zakat, infaq dan shadaqah) kita.

Ada benang yang sangat merah antara Ramadhan yang baru berlalu tadi dengan situasi pandemi corona ini, dan kemudian ada cetak biru antara Idul Fithri 1441 H dengan era kenormalan baru yang tengah kita jalani ini.

Ketika awal pandemi corona melanda yang bertepatan dengan kedatangan bulan suci Ramadhan, ada pemandangan yang menyita dan memerihkan perasaan kita, yaitu banyaknya saudara kita kaum du’afa yang muncul, dan mereka nampak di jalan-jalan protokol, di pertoko-an, di pasar-pasar, dan diberbagai ruang publik lainnya.

Mereka menampakkan diri dengan harapan ada di antara masyarakat berpunya dan berlebih harta untuk berbagi dan membagikan kelebihan yang mereka punya untuk juga ‘turut’ mereka nikmati, baik berupa nasi bungkus, uang, makanan apa saja, atau apa saja bentuknya, yang dirasa itu bisa menghadirkan rasa lapang dan bahagia di sudut dada mereka.

Sesungguhnya, masya Allah, keberadaan saudara kita kaum du’afa, hakekatnya menguji dan menantang rasa cinta dan kepedulian orang-orang aghniya dan orang-orang yang berdaya di sekitar mereka.

‘Tampilnya’ saudara-saudara kita ini ketika situasi pandemi, seolah ‘menampar’ muka atau mengingatkan terus dan terus orang-orang berpunya, bahwa saudara kita yang kurang berpunya itu sangat banyak jumlahnya, dan mereka ‘ada’, dan ‘masih ada’ di antara kita, serta semestinya terus menjadi perhatian dan jangan dan atau tidak boleh berhenti untuk selama-lamanya memberdayakan dan memperhatikan mereka secara lebih seksama.

Come on, meski kini berada di era kenormalan baru, dan meski mereka tidak begitu nampak lagi di jalan-jalan protokol dan tempat publik lainnya, lantas tentu saja bukan berarti bahwa berkurang dan ‘selesai’ perhatian kita.

Bahwa, tentu diharapkan pula agar lebih serius lagi pemerintah kita, serta lembaga, instansi dan organisasi masyarakat untuk ‘tergerak’ jangan hanya ketika era pandemi saja, tetapi semestinya juga untuk setelahnya, dan bahkan sampai selamanya tetap dan tetap berbagi di sepanjang kesempatan dan waktu, serta di sepanjang usia yang masih ‘disediakan’ Tuhan, Allah SWT untuk kita ini..

About Siti Aisyah

Check Also

PESAN SEJATI MAULID NABI

PESAN SEJATI MAULID NABI Oleh Siti Aisyah “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *