‘KASIH SAYANG’, PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM, MENGATASI GENERASI BERMASALAH

Kasih sayang merupakan Nama Terbaik dan Terindah Tuhan, yaitu ar-Rahman dan ar-Rahim. Kasih sayang merupakan fithrah setiap manusia dan semua kita dianugerahkan Allah SWT memiliki potensi itu, meskipun dalam penerapan pola-pola kasih sayang tersebut setiap kita berbeda-beda. Perbedaan dalam penerapan pola kasih sayang tersebut sesuai dengan latar belakang pengalaman keagamaan (spiritualitas) dan pengalaman keilmuan, terutama yang berkaitan erat dengan latar belakang pengetahuan dan pengalaman kepengajaran dan kependidikan.

Nabi Muhammad SAW sebagai Murabbi (dosen/guru) sejati, menerapkan kasih sayang dalam pendekatan pendidikannya kepada keluarga dan para shahabatnya. Karakteristik pendekatan kasih sayang Nabi yang didemontrasikan dan diperagakan beliau terutama kepada cucu tercintanya yaitu Hassan dan Hussein serta anak-anak kecil lainnya, bentuknya adalah seperti mendoakan, mencium, memeluk, menggendong dan bercanda. Karakteristik kasih sayang seperti ‘mencium’, ‘memeluk’, ‘menggendong’ dan ‘bercanda’ tersebut juga diterapkan Nabi kepada para shahabatnya pada ketika beliau memberikan pelajaran dan pengajaran materi-materi keislaman seperti Aqidah, Ibadah dan Akhlak, dalam bentuk yang disesuaikan dengan tingkat usia, latar belakang peristiwa kehidupan (kondisi) yang dilewati dan dihadapi masing-masing.

Para orang tua, dan para pendidik pada jenjang apapun yang menjadi objek didiknya, sangat dianjurkan oleh Nabi SAW memiliki sifat kasih sayang yang sangat mulia ini. Sebagai contoh, ketika saya dan kita yang berprofesi sebagai dosen, guru dan pendidik, ketika kita memberikan pengajaran kepada para mahasiswa dan murid kita, tentu kita tidak harus sampai mencium, memeluk, dan menggendong mereka, tetapi kita ‘mencium’, ‘memeluk’ dan ‘menggendong’ mereka tersebut ketika kita ikhlas dan ridha memberi pengajaran kepada mereka dengan penuh rasa tanggung jawab, atau ketika kita menyambut sapaan dan jabat serta cium tangan mereka dengan penuh kasih sayang, atau ketika sesekali atau dua kali atau bahkan seringkali kita menyapa dan menanyakan tentang keadaan mereka dan capaian belajar mereka, atau memberi jempol, memuji prestasi mereka dan memberi motivasi untuk terus belajar dan berkompetensi terhadap keagamaan dan keilmuan, atau pula sesekali kita bercanda seperti yang dicontohkan Nabi sebagai bentuk jembatan membuang sombong sebagai seorang ‘dewasa’ dalam arti dewasa dalam keilmuan, dewasa dalam pengalaman kehidupan dan dewasa dalam usia dibanding anak didik kita. Saya juga seringkali mengatakan kepada mahasiswa saya bahwa dimata saya selaku pendidik mereka tidak ada yang ‘salah’ dan ‘bersalah’, akan tetapi saya berupaya dan berusaha sering mengingatkan mereka, bahwa mereka harus selalu siap dan ‘welcome’ dalam arahan, didikan dan pembimbingan. Diatas semua karakteriatik kasih sayang yang telah diajarkan Nabi tersebut seperti mencium, memeluk, dan menggendong, terdapat satu karakteristik kasih sayang yang sangat penting, yaitu turut mendoakan mahasiswa dan murid kita dalam menjalani taqdir hidup dan kehidupannya didunia ini. Pentingnya penerapan pola kasih sayang ini saya kira sangat perlu diperhatikan juga oleh para pendakwah kepada masyarakat dakwahnya, dan para pemimpin kepada rakyat dan bawahannya.

Demikianlah, bahwa dengan menggunakan pendekatan kasih sayang, maka materi pendidikan Islam berupa materi aqidah, ibadah, dan akhlakul karimah yang wajib diberikan para orangtua dan kemudian ‘dibantu dan ditemani’ oleh para dosen, guru/pendidik, akan mudah diterima dan dengan gampang ‘bersarang’ dan berurat berakar dalam sanubari dan raga anak-anak generasi kita. Kalau materi pendidikan Islam tersebut sudah bersarang dan berurat berakar dalam sanubari dan raga generasi kita, maka dipastikan akan mampu meminimalisir bahkan membuang potensi-potensi dan perilaku negatif anak generasi kita dan dipastikan pula bahwa mereka akan fight dan survive menghadapi gempuran zaman dan permasalahan kehidupan yang bagaimanapun ‘wajah’, ‘rupa’ dan ‘bentuknya’, serta dipastikan pula bahwa apapun yang menjadi bidang ilmu, keahlian, dan pekerjaan yang menjadi pilihan mereka kelak di kemudian hari, mereka tetap akan memiliki figuritas dan sosok sebagai generasi yang tha’at, ‘alim dan beragama.

Allah SWT berfirman:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS: Ali Imran; 159)

Sabda Rasulullah SAW: “Barangsiapa yang tidak memiliki rasa kasih sayang, ia
tidak layak mendapatkan kasih sayang”….

About Siti Aisyah

Check Also

PESAN SEJATI MAULID NABI

PESAN SEJATI MAULID NABI Oleh Siti Aisyah “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *