KETAWADHU’AN DAN KESOMBONGAN KITA (Refleksi Idul Qurban 1441 H)

“Katakanlah: Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama”. (QS: az-Zumar;11).

“Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih, mereka itu adalah orang-orang yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati. Dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata hinaan), mereka membalasnya dengan mengucapkan “salam”, (QS: al-Furqon: 63).

Didalam diri kita masing-masing bersemayam dua varian keperibadian besar yaitu tawadhu’ yang ‘memuat’ berbagai sifat-sifat mulia lainnya dan sombong yang ‘mengandung’ berbagai sikap buruk lainnya.

Dua keperibadian tersebut potensial untuk selalu muncul dan menampakkan wujud dan bentuknya setiap saat dan waktu.

Ketawadhu’an identik dengan kerendah-hatian, ketaatan, ketundukan kepada sang Khaliq, dan mengikuti serta menghidupkan jejak ajaran Nabi Muhammad SAW, sedangkan kesombongan identik dengan ‘melawan’ perintah Allah SWT, dan menyuburkan dalam dirinya jejak abu jahal.

Seseorang yang sombong terlihat nampak di gestur tubuh dan diraut wajahnya yang terkesan bergaris keras dan kasar. Sementara ketawadhu’an ter gambar di gestur tubuhnya dan diraut wajah yang senantiasa ber-aura lembut dan berkesan manis.

Pembuktian kesombongan tidak saja lewat gestur dan aura atau garis wajah, tetapi juga akan ‘terjelaskan’ lewat kata-kata yang menyakitkan, memperolok, tindakan merusak citra dan nama baik orang lain (mempermalukan), menghalangi, merendahkan, meremehkan segala potensi dan kemampuan orang lain, merasa paling benar kelompoknya dan dirinya, merasa paling benar pilihan-pilihan hidupnya, serta perangai yang termasuk dalam kategori buruk dan nista lainnya.

Sementara pembuktian ketawadhu’an terlihat di gestur dan gurat wajah yang teduh, dan juga terbuktikan lewat tutur kata, tindakan dan perbuatan yang penuh doa, dukungan, santun, dan berbagai sifat dan sikap positif terpuji lainnya.

Orang yang tawadhu’ sesungguhnya adalah pejuang besar tauhid, dan sementara orang-orang yang sombong adalah tengah dan sedang menapaki jejak abu jahal dan mengibarkan panji syaitani untuk dirinya dan dihadapan orang lain.

Ketawadhu’an yang terbentuk dalam diri manusia adalah refleksi ketauhidan yang mekar menyesaki ruang hatinya, yang berbuah kepada semakin banyak ibadahnya dan semakin indah budi pekertinya.

Sementara kesombongan adalah dikarenakan Tuhan ‘pergi’ dari ruang hati, dan ibadah tidak bernilai hasanat karena gemuk oleh niat material, dan kurus dari niat mencari ridha Allah semata-mata. Akibatnya tidak heran kemudian bahwa adab dan akhlak mulia tidak ‘mau’ melekat di perilaku dan perbuatannya.

Pesan peristiwa berqurban Nabi Ibrahim yang fenomenal itu sesungguhnya adalah pemancangan dan penancapan ‘tiang’ ketauhian kedalam nurani dan sanubari kaum muslimin, yang kemudian Idul Qurban hadir setiap tahun adalah dalam rangka memperbarui dan menyegarkan serta memperdalam terus dan terus peng-Esa- an terhadap kebesaran Tuhan (ketauhidan) tersebut.

Terbuangnya karakter syaitani dan terbentuknya jiwa dan raga ketauhidan, itulah essensi besar dari berqurban. Dan jiwa dan raga yang bertauhid inilah yang kita bawa serta ketika menghadap Allah Allah di akhir kehidupan kita masing-masing kelak nantinya.

About Siti Aisyah

Check Also

PESAN SEJATI MAULID NABI

PESAN SEJATI MAULID NABI Oleh Siti Aisyah “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu …

2 comments

  1. Dr.H.Surawardi,M.Ag

    Tulisan yg mencerahkan

  2. Sangat luar biasa tulisannya dalam memaknai hari raya Idul Adha 👍👍👍

Leave a Reply to Hj. Suraijiah Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *